Tau iklan rokok (ga akan disebut namanya di sini) yang memakai jasa tiga orang laki-laki ditambah satu orang jin ala kadarnya itu? Kalau ga salah settingnya di pulau terpencil. Dengan alur cerita yang mungkin bisa disederhanakan menjadi seperti ini: mereka diberi kesempatan oleh si jin untuk menyebutkan tiga permintaan. Si A minta untuk dipulangkan, si B minta apa ya? Lupa. Anggep aja minta sesuatu yang akhirnya bikin dia ga ada di pulau itu lagi. Dan si C, karena dia merasa kesepian, maka dia meminta untuk mengembalikan A dan B ke pulau itu lagi. Oke. Coba tebak apa yang akan menjadi pembahasan kali ini. Kita urutkan menjadi poin-poin di bawah ini:
1. Jin ala kadar itu bisa dimaksimalkan dengan lampu mungkin? Atau setidaknya botol mungil biar sedikit menutupi kalau dia adalah benar-benar jin “Aladin” yang jasanya bisa dipakai untuk mengabulkan permintaan? Terlepas dari ide cerita yang disajikan, maka aku sebagai seorang penonton bisa seenaknya memberikan kritik yang tidak membangun.
2. Yang menjadi pertanyaan pokokku adalah, sekali lagi, terlepas dari kemauan si pembuat cerita iklan, kenapa permintaan itu tidak dimulai dengan kata “kami mau... bla bla bla (sebutkan permintaan)”. Ketika mereka menggunakan kata “aku mau... bla bla bla (dan akhirnya mereka menentukan keinginan masing- masing)”, maka yang didapat justru malah sesuatu yang merugikan.
Baiklah. Begini logika kasarnya. Anggap saja mereka adalah tiga orang yang “memutuskan” untuk pergi ke pulau terpencil itu. Mungkin latar belakang mereka sampai di tempat itu adalah karena mereka terdampar, atau kapal yang mereka naiki karam? (oke, ini tidak mungkin, karena jika kapal karam, maka yang ada di tempat itu bukan hanya mereka bertiga).
Atau mungkin mereka jatuh dari banana boat, kemudian mereka berenang ke pulau itu? (ini juga tidak masuk akal, karena supir banana boat pasti akan mencari mereka, atau paling tidak, ada empat orang di scene itu). Atau mungkin mereka sengaja dibuang oleh orang tua mereka, karena dianggap kurang memenuhi syarat sebagai “anak normal”? Atau apa ya?
Tidak akan selesai satu buku untuk menceritakan kemungkinan bodoh itu. Tapi satu poinnya, mereka adalah teman akrab, yang akhirnya mau berada di satu lokasi yang bisa kita anggap sebagai “lahan berbahaya”. Jika tidak, mereka pasti tidak akan mau melakukannya. Aku tidak akan mau berada di pulau terpencil itu bersama Raymond (teman masa TK, yang selalu jalan-jalan dan naik ayam-ayaman ketika teman-teman lainnya senam pagi, yang selalu menggeser lenganku dan menghabiskan sisa meja ketika kami diajari untuk tidur siang di kelas, dan yang selalu mengambil jatah sup merahku. Dia, yang selalu menjajahku waktu aku TK!). Dia bukan teman akrabku, maka aku tidak akan mau berada di pulau terpencil bersama dia.
Yang bisa kujadikan pilihan adalah, yang pertama, Desta. Hahahahahahahahahahaha... Gosh!! Dia bukan teman akrabku sih, tapi aku nge fans berat sama dia. Mimpi terbaik sepanjang masa adalah bisa membuat iklan jadi-jadian ini. Okelah, paling tidak, dia tidak akan memerdulikan siapa aku. Tapi dalam kasus pulau terpencil, aku bisa dengan mudah mencari celah untuk pura-pura kedinginan mungkin? Atau pura-pura dehidrasi dan tidak bisa berenang? Ngak ngak ngak ngak ngaaaak..
Yang kujadikan pilihan kedua.. Mmmmm.. Tidak ada!!! Hahahahahahahahhaha.. Aku maunya berdua sama Desta..
Tidak penting, terlalu panjang untuk sebuah pengandaian. kembali ke topik awalku. Yap, teman akrab. Sahabat. Karib. Sanak. Atau apa pun sebutannya. Ketiga laki-laki tadi. Seharusnya, menurut sudut pandang seorang sahabat karib, jika aku menjadi si A, aku tidak akan tega membuat permintaan “aku mau pulang”. Karena itu berarti, aku akan meninggalkan dua orang temanku di pulau itu, dan mungkin kosnsekuensi yang akan kudapat adalah, aku akan kehilangan mereka. Dan jika aku benar-benar bersama Desta, aku tidak akan mengatakan itu. Aku tentu akan mengatakan “He’s mine”.
Si B, karena aku lupa dia mengatakan apa, aku tidak bisa menuliskan komentar. Tapi yang jelas, dia juga tega meninggalkan satu temannya. Aku tidak tahu apa masalah si C, mungkin dia adalah sesosok orang yang menjengkelkan, dan kedua rekannya memang sengaja meninggalkan dia di tempat itu. Sungguh jahat. Aku juga pernah melakukan itu di jaman SMP. Aku pernah meninggalkan temanku dengan alasan sederhana. Karena dia bau badan. God! Mengerikan! Aku tidak bisa hidup bersamanya dengan bau badan seperti itu. Akhirnya aku menjauhinya perlahan. Sungguh jahat kalau ini. Maklum, masih SMP. Jadi gapapa.
Tapi si C sungguh pintar. Dia tidak mau kehilangan teman-temannya, jadi dia meminta “kembalikan teman-temanku”. Itu pasti yang akan kulakukan ketika Desta menolakku mentah-mentah waktu aku “menembaknya” lewat bantuan jin.
Ariel : Buat dia jadi milikku.
Desta : Tidak! Pulangkan dia!
Ariel : Kembalikan dia ke sini!
Tiga permintaan terkabul, dan Desta akan tetap bersamaku. Kikikikikikikiki..
Aneh. Sunggguh aneh. Jika aku menjadi mereka, aku tidak akan mengatakan “aku”. Ingat. Kita harus belajar memanfaatkan segala sesuatunya dengan baik. Dua, jangan terlalu egois. Kita pernah belajar bahasa Indonesia, dan kata aku, bisa kita ganti dengan kami. Apa yang terjadi ketika permintaan itu ditulis menjadi seperti ini :
“Kami ingin pulang” (satu permintaan). Mereka masih memiliki dua sisa permintaan. Tidak pelu diucapkan oleh satu orang, kan? Mungkin untuk permintaan kedua mereka bisa minta “Ariel dan Desta dipertemukan dalam pulau terpencil itu”? Dan mungkin, permintaan penutup bisa disajikan dengan permintaan besar mereka yang lain?
Aaaahhh.. Namanya manusia. Keakuannya terlalu tinggi. Ketika aku terlalu mengenal diriku sendiri, dan tidak mencoba memahami orang lain yang ada di sekelilingku, aku sama sekali tidak akan pernah menunduk, dan mencoba mengatakan “kita..”. Yang ada hanyalah, bagaimana membuat si aku menjadi bahagia, dengan atau tanpa “kamu”, “kita”, “kami” di sekitarku.
Sulit memang. Tapi perlu dipelajari. Mencoba menghilangkan aku, dan belajar mengenal dia, kamu, kalian, kita, atau apa pun itu. Cobalah. Kita (temasuk aku) sama-sama mencobanya.Desta juga mau ya? ngak ngak ngak ngaaaakkkk...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar