Sabtu, 05 April 2014

Indulgensi Penuh



Hari ini sungguh luar biasa!

Bagaimana tidak?

Kamu tahu berapa lama aku tidak membuka laptop ini? Oke, itu terlalu berlebihan. Baru beberapa hari yang lalu laptop ini kubuka, dan kemudian kututup kembali seperti biasanya. Hanya berlangsung sekejap untuk menyelesaikan laporan keuanganku.

Maksud yang lebih spesifik adalah, berapa lama aku tidak berkecimpung dengan keyboard yang semakin sulit untuk kuakrabi ini? Dulu, semua hal yang kurasakan selalu kuakrabkan dengan layar dan keyboard Lappyta. Dulu, semua hal yang kualami selalu berusaha kuingat kembali dan kugabungkan dengan memori Lappyta yang semakin mengecil.

Namun beberapa tahun telah berlalu, dan sayangnya, tidak pernah ada lagi tulisan teranyar tentang betapa bahagianya (atau merananya) aku menjalani hidup untuk kemudian disajikan dalam kata-kata dengan berbagai ragamnya.

Hingga sore ini datang.

Sore yang tidak cukup dingin. Sore yang hanya ditemani dengan kipas angin berukuran sedang. Sore yang sepi. Sore yang bisa membuatku memiliki cukup waktu membuka catatan-catatan lamaku.

Menyenangkan rupanya.

Sore ini usiaku bertambah beberapa tahun setelah terakhir aku menulis tentang apa yang kualami. Ada perbedaan luar biasa yang kurasakan. Aku masih tetap muda, aku masih tetap wanita tentunya, dan aku masih tetap menjadi seorang Ariel (namanya).

Yang membuatnya menjadi berbeda adalah, aku merasa kehilangan naluri yang biasa kupakai untuk merangkai kata-kata menjadi tulisan yang enak dibaca. Aku merasa kesulitan untuk mencoba merefleksikan apa yang terjadi beberapa tahun terakhir ini. 

Sedikit demi sedikit kuselami apa yang mendasarinya.

Dulu, separah apa pun hariku, aku tetap menyempatkan diri untuk menyapa Lappyta. Entah untuk menulis, atau sekedar mendengarkan lagu yang pas dengan suasana hatiku. Semakin usiaku bertambah, aku tidak pernah lagi merasakan kenikmatan sederhana itu. Aku tidak pernah mencoba mengurangi emosiku dengan tulisan yang kubuat, alhasil, tingkat emosi yang kuhasilkan semakin membesar.

Dulu, selelah apa pun fisikku, aku masih suka membicarakan manusia-manusia yang ada di sekelilingku. Hal itu mendorongku untuk mau membaca dan mencoba menganalisa mengapa mereka melakukan hal-hal yang kadang tidak masuk di akalku. Mau tidak mau, apa yang kubaca itu otomatis menambah perbendaharaan di otakku. Dan perbendaharaan itu bisa kupakai menjadi bahan tulisanku.

Jika kubandingkan dengan sekarang, sungguh sangat jauh.

Hari-hariku kupenuhi dengan kekhawatiran yang bertumpuk. Aku tidak bisa menikmati hariku seperti dulu. Bahasa simpelnya “aku jadi nggak asyik..!”.

SERIUS..

Kamu tahu? Aku sekarang sedang membawa satu nyawa di dalam perutku. Itu adalah hal yang sungguh luar biasa, bukan? Tapi apa yang terjadi? Aku mengisi hari-hariku dengan hal-hal yang tidak berwarna. Marah, dan terlalu banyak marah. Makan, dan seperti tidak bisa merasakan di mana letak kelezatan makanan itu. Minum obat, tapi tidak merasakan perubahan terstruktur dari sari kimia yang kuminum. Ke dokter, tapi aku hanya bisa sekejap merasakan kebahagiaan ketika melihat bayiku bergoyang-goyang di dalam perutku. Bekerja, tapi yang kudapat adalah hal-hal yang tidak membuatku banyak bersyukur seperti dulu.

Pathetic..

Seharusnya, jika aku masih memiliki naluri penulis seperti dulu, aku pasti menuliskan catatan-catatan kecil tentang perkembangan janinku. Dari semenjak dia merasuk jadi satu dengan ruhku, hingga saat ini, ketika dia memiliki hak untuk terlahir ke dunia dengan kebahagiannya sendiri.

Di tahap ini aku sungguh kecewa. Ketika ternyata, hidupku selama beberapa tahun terakhir ini membawaku menjalani fase yang luar biasa berbeda dari sebelumnya. Sayangnya, fase ini justru membuat muka dan mentalku menjadi seperti pejuang tahun 40’an. Tampak tua, lelah, dan hanya menyisakan sedikit semangat hingga deklamasi kemerdekaan terdengar lewat radio nasional.

Mengerikan ya?

Hingga sore yang luar biasa ini datang menghampiriku. Dia sungguh baik.

Dia tetap membiarkanku untuk sendiri, karena dengan begitu, aku bisa berpikir untuk melakukan hal-hal yang bisa kulakukan ketika aku mulai bergulat dengan kesendirianku. Termasuk di dalamnya, membuka catatan-catatan yang pernah kutulis, atau membuka blog beberapa temanku.

Seakaan ditampar secara telak. Bukan ditampar lagi. Tapi sejenis dijambak, dipotong sedikit bagian kepalaku, ditariknya keluar otakku, kemudian dipasang lagi ke dalam tengkorakku, disisipi dengan sedikit ingatan, bahwa menulis itu adalah obatku, canduku, dan rinduku.

Terima kasih, sore yang hebat.

Ingatkan lagi ketika aku mulai gusar dan mual menjalani hidup. Aku harap, aku bisa menjadi manusia yang tetap menyenangkan seperti dulu. Berbagi segala kepedihan denganmu, agar yang tersisa untuk sesamaku hanyalah kebahagiaan.

Senin, 27 Agustus 2012

Menunggu Granglaunching Burjos.. (Efek Kelaparan. Harusnya Grandlaunching)


Baiklah..

Hari ini, saya memulai menulis dengan meneliti kembali postingan blog saya (berjudul Sedikit Menyadur Judul.. Dear God). Ada beberapa kesalahan yang tampak di sana. Dan kesalahan ini, saya indikasikan sebagai kesalahan modem merk AHA. Berikut daftar kesalahan yang saya buat.
    
    Karena koneksi jaringan yang lemot, saya memosting tulisan dengan judul yang sama sampai tiga kali. Blogspot waktu itu bilang begini "an error occured while trying to save or publish your post. Please try again”. Karena saya cukup peduli dengan himbauan itu, maka saya putuskan untuk me-resend tulisan itu (lihat! Betapa saya inginnya tulisan itu termuat dengan apik di dalam blog saya. Meskipun saya sadar, saya belum punya banyak pengikut). Alhasil, tulisan itu ternyata muncul tiga kali di blog saya (saya tidak akan menghapusnya. Hal itu akan menjadi bukti kuat terhadap poin pertama ini).
2
          Pada paragraf terakhir, saya menemukan bahwa, saya telah menuliskan kata yang seharusnya ditulis dengan “Twitter“ menjadi “Tweeter”. Oke.. Hal tersebut menunjukkan bahwa saya cukup gaptek dalam hubungannya dengan dunia maya. Mungkin akan sama dengan balita yang berusaha mengatakan “kenapa”  dengan “kenak-apa”.

Itu tadi sebagai pembuka saja. Jujur, saya tidak memiliki ide yang segar untuk menulis postingan ini. Ternyata memang benar, makan adalah penunjang tenaga dan pikiran yang cukup besar. Bodohnya, kali ini saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa soal makan.

Saya belum makan. Itu akan saya jadikan inti tulisan kali ini. Jadi, seperti yang dilakukan oleh Blogspot, saya akan memberikan peringatan pada kalian yang membaca tulisan saya. Tulisan ini mungkin sedikti tidak berisi dan acak adul, mengingat saya belum makan semenjak pukul 14.00 tadi. Bayangkan! Itu adalah sarapan sekaligus makan siang saya. Dan kedua rutinitas yang dijadikan satu itu, hanya saya isi dengan Lontong Sayur. Lebih dari delapan jam saya tidak mendapat asupan lagi.

Efek buruk yang saya rasakan sekarang adalah:

1.       Saya ingin menggampar siapa pun yang memulai sebuah kejadian yang saya anggap menyebalkan. Ini adalah efek emosional yang sangat lazim ditemui ketika orang belum makan seharian. Jadi wajarlah, bila ada berita yang memunculkan cerita “ibu membunuh anaknya”. Mungkin waktu itu kejadiannya sama, ibu itu belum makan sejak tiga hari, anaknya tiba-tiba tidak sengaja menyenggolnya, dan ibu itu mencekik leher anaknya. Ketika saya menulis kata menggampar, berarti itu adalah efek sederhana. Jika dalam dua jam ke depan saya belum juga makan, mungkin saya akan memulai dengan menguliti manusia yang ada di samping saya.

2.       Saya adalah seorang perokok berat. Kenikmatan yang saya temui ketika merokok adalah, mulut akan terasa asam ketika selesai makan tidak merokok. Ini sebenarnya hanyalah sugesti singkat yang ditemui pada banyak pihak. Ada kalanya, jika saya berada di rumah orang tua saya, saya tentu tidak akan bisa merokok setelah makan. Dan itu tidak membuat saya terlalu gelisah. Yang membuat saya gelisah adalah, jika saya ketauan merokok, mungkin saya akan dicoret dari daftar warisan orang tua saya.

3.       Saya akan sensitif luar biasa. Sepertinya, orang-orang yang ada di sebelah saya menjadi sosok yang sangat menyebalkan (meskipun saya tidak bersama siapa pun saat ini). Tapi saya memiliki handphone yang bisa saya pakai untuk menghubungan saya dengan siapa pun. Dan itulah yang terjadi. Ketika saya mengirimkan text message, jawaban yang seharusnya “biasa saja” akan berubah menjadi “ya iyaaaalaaahh salahmu sendiri kenapa ga makan dari tadi? Kenapa harus nunggu orang kerja?”.

4.       Saya benar-benar tidak suka ketika Aa’ dan teteh burjo pergi terlalu lama. Mereka adalah penolong sejati untuk makhluk-makhluk seperti saya. Makhluk di sini= sering kelaparan, malas keluar kalau kena kasur, dan irit biaya. Seharusnya, menurut jadwal pulang kampung bersama I*****e, mereka akan tiba lagi di Yogyakarta pukul 05.00, empat jam dari sekarang. Jika ditambah waktu untuk melepas lelah, memasak makanan selain mie rebus, membersihkan warung, dan beberapa tetek bengek yang lain, mereka baru buka pada 29 Agustus 2012. Saya tidak ingin menggorok leher orang yang saya anggap menyebalkan di jam-jam pembukaan burjo itu.

5.       Saya jadi tidak bisa tidur. Selain karena saya sudah tidur (ketiduran lebih tepatnya) pada pukul 20.00 sampai 22.00 tadi, perut saya terus berbunyi. Krucuk, krucuk, krucuk, krucuk.. dan sedikit sakit. Hal yang paling enak untuk dibayangkan pada saat-saat ini adalah, saya berada di Malang. Jika saya lapar, saya tinggal ke dapur, mengambil piring, membuka rice cooker, mengambil nasi, mengambil telur, menggorengnya, dan makan pake kecap. # Saya tidak bisa membayangkan pemulung dan sebangsanya yang ada di pinggiran jalan itu. Mereka suka melakukan perjalanan di malam hari. Mungkin mereka melakukannya karena alasan yang sama dengan saya. Belum makan, dan tidak bisa tidur. Saya belum makan, dan menulis (Wah! Terlihat berpendidikan sekali). 

6.        Saya tidak bisa mengetik dengan cepat. Ada banyak kata yang salah pengejaan. Dan saya harus berulang kali menekan tombol backspace untuk memperbaikinya.

7.       Saya ingin memakan semua baju yang saya gantung tepat di hadapan saya. Di situ banyak nyamuk yang bersarang sepertinya.

Dan efek paling akhir adalah, saya tidak tahu harus mengakhiri tulisan ini dengan kata-kata apa.

Parah!!!!!!


   

Minggu, 26 Agustus 2012

Sedikit Menyadur Judul.. Dear, God..


Tuhan..

Pertama dan utama.. Saya.. Martina Ariel.. Manusia yang Kau ciptakan dua puluh empat tahun yang lalu, ingin menyampaikan maaf. Hari ini, sekitar pukul 19.47, saya telah mengataiMu dengan mirip Gempil. Kau masih ingat betul bukan dengan makhluk bernama Gempil (dia tidak terlahir dengan nama itu sebenarnya. Nama yang dia miliki sungguh bagus, Stanislaus Kostka Brillyan Vandyansa)? Karena satu dan lain hal, dia terpaksa harus menyandang nama Gempil untuk sekian lama.

Baiklah..

Begini ceritanya..

Tadi, Arya, meng upload foto berjudul “Man and Wild” (kalau nggak salah ya). Dengan kecanggihan tangan dan alat bantu teknis yang oke, dia berhasil membuat buram wajah Gempil. Wajah itu sungguh buram, Tuhan. Dan aku yakin, itu akan tampak, mirip, hampir sama sepertiMu.

_ Itu ceritaku, ceritamu?_

Hahahahahahahahaha.. Jangan marah, Tuhan. Aku percaya Kau memiliki selera humor yang sangat bagus.

Tuhan..

Yang kedua adalah.. Saya mengucapkan terima kasih, karena hari ini, waktu saya memutuskan untuk ke Gereja Kota Baru, meskipun saya tidak mendapatkan tempat duduk di dalam ruangan, saya bisa menikmati khotbah yang tidak membosankan. Si Bapak yang menyampaikan khotbah cukup oke untuk daftar jadi pemeran tambahan di Opera Van Java. Sumpah! Lucu gilak!

Tuhan..

Yang ketiga adalah.. Saya ingin menanyakan padaMu. Sesuatu yang tidak begitu penting sebenarnya. Waktu saya duduk di bangku biru tanpa sandaran punggung tadi, saya tiba-tiba berpikir begini “Tuhan, Kau mendengar semua pembicaraan di dalam hati kami, kah?”

Ada begitu banyak manusia di situ. Lebih tepatnya banyak kimcil. Dan Kau cukup tahu dengan perangai mereka. Alasan mereka datang ke sana mungkin hanya untuk bertemu dengan teman sebayanya, atau mungkin menjadikan gereja sebagai sarana cari jodoh seiman.

Oke.. Untuk alasan se-simple itu misalnya, saya yakin jika mereka saat itu akan berdoa demikian “Tuhan, aku mau yang itu (sambil menunjuk gadis atau pria idamannya)”. Di saat yang sama, mungkin, ada seorang nenek yang benar-benar membutuhkan pertolonganMu. Doanya pasti akan jauh berbeda dengan para kimcil tadi. Mungkin demikian ini, “Tuhan, tolong beri saya kekuatan.. bla , bla, and bla”. Ditambah lagi dengan saya ini. Tadi Tuhan mendengar kalau saya berkata demikian ini, bukan? “Tuhan.. Saya tidak bisa mengatakan apa pun lagi..”.

Baru tiga pengucapan dan pengharapan. Masih ada sekian ratus orang lainnya, atau bahkan ribuan, dan jutaan manusia yang terus berteriak di sebelah telingaMU.

Apakah Kau betah, Tuhan?

Saya yakin, doa-doa itu harus antre untuk mendapat persetujuanMu. Itu sebabnya, kadang, saya tidak bisa mendapatkan apa yang saya inginkan tepat di saat saya mengucapkan Amin.

_ Saya benar-benar bingung _

Untuk alasan sederhana ini, saya acungkan keempat jempol yang saya miliki. Four thumbsup for You!!!

Tuhan..

Hallllooooowwwww…

Ada alamat email kah? Atau Instagram? Atau tweeter mungkin? Supaya saya bisa menyampaikan apa yang ingin saya tanyakan, dan Kau membalasnya dengan cepat pula.

Hmmmmm… Kau tetap saja diam..

Ariel..

I’m here.. beside you..

Sedikit Menyadur Judul.. Dear, God..


Tuhan..

Pertama dan utama.. Saya.. Martina Ariel.. Manusia yang Kau ciptakan dua puluh empat tahun yang lalu, ingin menyampaikan maaf. Hari ini, sekitar pukul 19.47, saya telah mengataiMu dengan mirip Gempil. Kau masih ingat betul bukan dengan makhluk bernama Gempil (dia tidak terlahir dengan nama itu sebenarnya. Nama yang dia miliki sungguh bagus, Stanislaus Kostka Brillyan Vandyansa)? Karena satu dan lain hal, dia terpaksa harus menyandang nama Gempil untuk sekian lama.

Baiklah..

Begini ceritanya..

Tadi, Arya, meng upload foto berjudul “Man and Wild” (kalau nggak salah ya). Dengan kecanggihan tangan dan alat bantu teknis yang oke, dia berhasil membuat buram wajah Gempil. Wajah itu sungguh buram, Tuhan. Dan aku yakin, itu akan tampak, mirip, hampir sama sepertiMu.

_ Itu ceritaku, ceritamu?_

Hahahahahahahahaha.. Jangan marah, Tuhan. Aku percaya Kau memiliki selera humor yang sangat bagus.

Tuhan..

Yang kedua adalah.. Saya mengucapkan terima kasih, karena hari ini, waktu saya memutuskan untuk ke Gereja Kota Baru, meskipun saya tidak mendapatkan tempat duduk di dalam ruangan, saya bisa menikmati khotbah yang tidak membosankan. Si Bapak yang menyampaikan khotbah cukup oke untuk daftar jadi pemeran tambahan di Opera Van Java. Sumpah! Lucu gilak!

Tuhan..

Yang ketiga adalah.. Saya ingin menanyakan padaMu. Sesuatu yang tidak begitu penting sebenarnya. Waktu saya duduk di bangku biru tanpa sandaran punggung tadi, saya tiba-tiba berpikir begini “Tuhan, Kau mendengar semua pembicaraan di dalam hati kami, kah?”

Ada begitu banyak manusia di situ. Lebih tepatnya banyak kimcil. Dan Kau cukup tahu dengan perangai mereka. Alasan mereka datang ke sana mungkin hanya untuk bertemu dengan teman sebayanya, atau mungkin menjadikan gereja sebagai sarana cari jodoh seiman.

Oke.. Untuk alasan se-simple itu misalnya, saya yakin jika mereka saat itu akan berdoa demikian “Tuhan, aku mau yang itu (sambil menunjuk gadis atau pria idamannya)”. Di saat yang sama, mungkin, ada seorang nenek yang benar-benar membutuhkan pertolonganMu. Doanya pasti akan jauh berbeda dengan para kimcil tadi. Mungkin demikian ini, “Tuhan, tolong beri saya kekuatan.. bla , bla, and bla”. Ditambah lagi dengan saya ini. Tadi Tuhan mendengar kalau saya berkata demikian ini, bukan? “Tuhan.. Saya tidak bisa mengatakan apa pun lagi..”.

Baru tiga pengucapan dan pengharapan. Masih ada sekian ratus orang lainnya, atau bahkan ribuan, dan jutaan manusia yang terus berteriak di sebelah telingaMU.

Apakah Kau betah, Tuhan?

Saya yakin, doa-doa itu harus antre untuk mendapat persetujuanMu. Itu sebabnya, kadang, saya tidak bisa mendapatkan apa yang saya inginkan tepat di saat saya mengucapkan Amin.

_ Saya benar-benar bingung _

Untuk alasan sederhana ini, saya acungkan keempat jempol yang saya miliki. Four thumbsup for You!!!

Tuhan..

Hallllooooowwwww…

Ada alamat email kah? Atau Instagram? Atau tweeter mungkin? Supaya saya bisa menyampaikan apa yang ingin saya tanyakan, dan Kau membalasnya dengan cepat pula.

Hmmmmm… Kau tetap saja diam..

Ariel..

I’m here.. beside you..