Well, when you see me
criying, don’t let my tears fall in vain..
Lord, I don’t know
what to do.. You know my heart filled with pain..
Whoa.. When you hear
me howlin’, baby..
You know it hurts way
down inside..
-I Can’t Quit You, Willie Dixon-
Kolam renang UNY, 24 Agustus
2012..
Ini adalah saat pertama di mana
aku menjajal khasiat kacamata renang bermerk Cina. Kacamata renang berwana
putih, salah satu hadiah ulang tahun yang kuterima satu bulan yang lalu. Tidak
terlalu buruk kurasa. Tidak ada air yang tiba-tiba masuk melalui sela di kiri
dan kanannya, tidak ada celah yang tersisa untuk membuat mataku tetap kemasukan
air berkaporit. Waktu pulang pun, mataku tetap berwarna putih dan hitam, tanpa
sedikit pun tercampur warna kemerahan.
Untuk ukuran pola hidup sepertiku,
paru-paru yang tidak lagi sehat, ditambah usia, dan sedikit niat yang tersisa,
ternyata bolak-balik kolam renang berpanjang 100 meter itu masih bisa kulakoni.
Dengan kacamata itu, aku bisa melihat dengan jelas apa yang ada di dalam kolam
renang (sebenarnya tidak ada apa-apanya sih..). Hanya garis pembatas berwarna
hitam di bagian bawah, kaki-kaki penghuni kolam yang asyik bergerak-gerak, dan
kotoran yang melayang-layang. Karena aku memakai kacamata, yang bisa kulihat
hanya bagian depan. Aku sedikit kesulitan untuk melihat bagian samping kiri dan
kananku. Bisa sebenarnya, tapi aku harus menoleh untuk bisa melihatnya. Aku
bergerak perlahan, mengatur irama gerakan, mensejajarkan gerakanku dengan garis
hitam yang ada di bawahku, dan mencoba untuk tidak melihat kiri kanan. Karena
aku bukan atlet renang, yang bisa kulakukan untuk mencapai panjang 100 meter
itu adalah tetap fokus dalam mengatur nafasku. Ketika aku mencoba untuk membagi
pikiranku dengan hal-hal yang tidak ingin kupikirkan, yang terjadi adalah aku
tidak bisa mengambil nafas dengan baik. Dadaku sesak, dan aku terpaksa menelan
sedikit kaporit.
Begini yang ada dalam pikiranku
saat itu..
Kacamata ini oke juga ternyata. Aku ga bisa liat kiri kanan. Yang bisa
aku lihat cuma bagian depan aja. Kaya kacamata kuda, ya? Mereka diharuskan
memakai kacamata sebesar itu biar ga lihat kejadian yang ada di kiri kanannya.
Yang harus dia lakukan hanya berjalan dan membawa beban di punggungnya. Gimana
kalo aku pake kacamata ini di darat? Meskipun ga oke, tapi at least, aku bisa
tetap fokus untuk menjalani apa yang ada di depan. Ga peduli sama samping kiri
kanan. HAOP!! Air tertelan sedikit..
tapi apa gunanya juga? Toh yang berperan penting bukan mata, tapi pikiran. Ada
ga si yang bisa buat kacamata untuk otak? Jadi, pikrian kita bisa diset untuk
tetap fokus dengan apa yang ada di depan kita, bukan omongan orang atau apa
yang kita lihat. Oh, berarti ketambahan kacamata untuk telinga. Gilak! Pasti
bakal ngalahin Lady Gaga waktu aku pake kacamata renteng-renteng gitu. Bukan
ide yang bagus kayaknya.. HAP!!
Bibir semakin membuka lebar untuk mengambil nafas (artinya, irama nafas sudah
tidak beraturan). FUCK OFF!!! Aku
kenapa sih????? Thanx God, aku masih
bisa menyentuh dinding kolam di seberang.
Aku melanjutkan pikiranku
setelahnya, waktu berbilas di kamar mandi putri. Bagi yang belum tahu apa yang
terjadi di dalamnya, aku beri tahu. Banyak atlet senam indah di kamar mandi
itu. Kalian tahu pesenam-pesenam itu? Berputar-putar di dalam kolam, menaikkan
kaki jenjang mereka ke atas, bergandengan, dan selalu membuat mulut banyak
orang berdecak kagum pada mereka. Ada salah satu pengunjung kolam meniru gaya
mereka. Dengan kaki yang luar biasa besar, ditambah bulu-bulu tebal di kakinya,
dia hanya mengundang gelak dan pikiran “apaan sih?”. Pesenam-pesenam itu selalu
menyelesaikan latihannya tepat pukul 19.00. Mereka tidak pernah mau mengalah
dengan pengunjung lainnya. Dengan teknis ala pemudik, mereka menyerobot
pancuran yang kosong atau masih berisi. Dan kalian tahu apa yang terjadi
beberapa detik kemudian? Mereka akan dengan santainya telanjang bulat di bawah
pancuran itu. GOD! Ini bukan Bali
kali nek.. Hmmmm, dada mereka kecil, dan bentuk badannya sungguh aneh, penuh
otot dan tidak memiliki bulu vagina (mungkin mereka sudah persiapan di rumah,
sebelum memaksakan diri untuk mengikuti mode mandi telanjang di kamar mandi
umum).
Mereka sungguh merusak pikiranku
waktu itu. Meski hanya hal sepele yang kupikirkan saat aku keramas..
Aku berhutang banyak pada kehidupan. Banyak janji yang belum kulakukan.
Aku berpikir singkat. Ada start, ada finish. Apa pun yang terjadi di tengahnya,
aku harus tetap mencapai finish. Setelah
itu, rombongan gadis mengerikan itu
datang, dan memecah konsentrasiku. Aku lebih memilih untuk segera masuk ke
ruang ganti, dan meninggalkan tempat aneh itu.
Aku bahkan tidak bisa
membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupku di kemudian hari. Apakah aku
masih memiliki kulit coklat, apakah aku masih bisa berjalan-jalan sesuka
hatiku, apakah aku masih suka marah dan diam, apakah aku masih tidak suka makan
ikan, apakah aku masih bergulat dengan orang-orang yang sama, apakah aku masih
tinggal di Yogyakarta dan bisa melihat gadis-gadis aneh tadi, apakah aku masih
suka mengeluh jika panas terlalu mennyengat, apakah aku masih bisa menuliskan
apa yang kuinginkan dan bisa dibaca oleh banyak orang, apakah aku masih aku yang
sekarang?
Setelah sekian lama aku bisa
kembali normal, aku kembali menemukan Ariel yang jalan sedikit terseok. Kakiku berat.
Seaakan dihentikan untuk sementara waktu. Aku tidak lagi memiliki teman yang
bisa kupercaya untuk berbagi. Sebentar lagi, salah satu teman yang senang
mendengar aku bercerita, akan dikirim ke luar dari Pulau Jawa, dan aku harus
bersiap untuk itu. Kertas-kertas akan semakin banyak bertumpuk. Entah dengan
tulisan yang semakin menggoda, atau bahkan menjadi tidak berwarna.
Hidup baru saja dimulai. Usiaku masih
menempati kepala dua. Masih belum banyak artinya jika dibanding tetua-tetua
yang seakan tahu tentang berbagai macam hal. Itu artinya, masih akan ada (sekitar)
tiga puluh tahun lagi untuk berbagi dengan kertas-kertasku. Saat itu tiba, aku
akan memastikan bahwa, apa yang kutulis tidak dengan nada yang sama, tidak
dengan warna yang sama, dan akan semakin membaik.
Jujur, aku sedikit takut..
Takut untuk memulai cerita-cerita
baru itu.
Aku memulainya dengan sedikit
tangisan, dan aku berharap, bahwa pada akhirnya, air mata itu tidak akan
terbuang sia-sia.
-Untuk sebuah hidup-
Kehidupan, dan..
Orang-orang yang membuatku hidup..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar