Tai : Kamu kenapa kucing? Kok bicara-bicara sendiri? Mulai gila ya?
Kucing : Ah! Siapa yang bilang aku bicara sendiri?
Tai: Aku melihatnya dengan mataku sendiri. Kamu jangan bohong!
Kucing: Bagaimana kamu bisa melihat? Sejak kapan kamu diberi mata? Baumu saja sudah
membutakan.
Tai: Ini kan juga gara-gara kamu! Apa yang kamu makan sehingga aku jadi begini?
Kucing: Apa sajalah. Yang penting aku bisa hidup, kan?
Tai: Hei! Aku tadi kan bertanya padamu. Mengapa kau bicara sendiri seperti itu?
Kucing: Kan sudah aku katakan. Aku tidak merasa berbicara sendiri.
Tai: Lantas?
Kucing: Aku mendudukkan tiga badut ini di hadapanku. Kudandani badut-badut itu. Yang satu berkacamata agak ke bawah, memakai celana jauh di atas pusar. Anggap saja dia laki-laki. Yang kedua kuberi jenis kelamin wanita. Dandanannya menor, roknya di atas paha, dan kusumpalkan rokok di mulutnya. Dan yang terakhir berjenis kelamin laki-laki. Kuberi tampilan paling baik dari kedua badut tadi.
Tai: Untuk apa kau lakukan itu semua?
Kucing: Untuk menghindari pertanyaanmu tadi tentu saja. Aku tidak bicara sendiri. Aku bicara pada badut-badut itu.
Tai: Apa yang kau bicarakan pada mereka?
Kucing: Sedikit masalah hidup saja.
Tai: Apakah aku bisa mengatakan bahwa kau akan bertemu muka dengan ketiga badut itu?
Kucing: Yah, bisa kau bilang begitu.
Tai: Kapan kau akan bertemu dengan mereka dan membicarakan masalah hidup itu?
Kucing: 3 hari dari sekarang.
Tai: Jadi, inti dari monologmu adalah persiapanmu?
Kucing: Sssstttt!!! Jangan bilang pada siapa-siapa. Aku mendadak menjadi seperti orang gila. Ah, tidak-tidak. Anggap saja aku sedang berlatih teater. Memunculkan suara-suara dan kemungkinan-kemungkinan kecil yang akan terjadi. Aku pintar ketika menirukan ketiga badut itu.
Tai: Begitu yakinnya kau dengan dirimu?
Kucing: Harus!
Tai: Mengapa sebegitu yakinnya kamu?
Kucing: Karena aku yang membuat cerita yang ingin kusampaikan pada ketiga badut ini.
Tai: Lantas? Mengapa dirimu harus berlatih jika sudah yakin?
Kucing: Karena aku ingin memastikan bahwa ketiganya akan tersenyum ketika mendengarkan aku bercerita nanti.
Tai: Apakah dalam latihanmu kau buat mereka tersenyum?
Kucing: Tentu saja tidak. Dengan begitu, aku bisa membuat ekspresi mukaku semakin melonjak pada ranah percaya diri.
Tai: Aku boleh ikut menemui ketiga badut itu? Aku ingin melihatmu bercerita.
Kucing: Tidak usah. Nanti aku sakit perut, dan jumlahmu akan semakin banyak.
Tai: Ah! Tadi katamu sudah siap? Sakit perut itu kan pertanda psikologis bahwa kau gugup.
Kucing: Wajar saja, kan?
Tai: Berlatihlah lagi hingga kau benar-benar siap dan tidak memikirkan yang tidak seharusnya kau pikirkan.
Kucing: Hmmmm.. Begitu ya?
Tai: Aku mengenalmu, kucing!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar