Rabu, 12 Januari 2011

Jangan Mau Kalah Pada Uang..

Mengapa dan mengapa uang tiga ratus ribu itu bisa untuk satu bulan penghidupan?
Ada yang bisa memberikan rician?

Bisa, bisa, bisa.. bagi yang belum bisa berhemat (termasuk saya sendiri), ini adalah satu bahasan yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut.

Baiklah, awalnya.. Siapa yang mau hidup sangat hemat dengan uang sebegini rendahnya? Dengan berbagai alasan, pemikiran ahli ekonomi yang berpendapat bahwa penghasilan akan berbanding terbalik dengan permintaan adalah salah besar!!! Makin besar uang yang kita miliki, maka akan semakin banyak kebutuhan yang harus (?) kita penuhi. Ya, apalagi lingkungan semakin membuat kita tidak bisa berhenti menjajakan apa yang ada di dalam dompet.

Selanjutnya, jika dihitung-hitung, jujur ya, maka dalam satu bulan, saya .... mmm... akan menghabiskan kira-kira sepuluh juta. Makan mewah setiap saat, jajan ala kadarnya (baca : jus, Parsley, Takoyaki, Lays, Chitato, J-co, Breadtalk), sepatu keds Converse limited edition, jins biru tua yang selalu digantung Nautica dengan harga tak kurang dari 15% harga aslinya, turtle neck tanpa lengan berwarna turqoise yang akan pas dan oke punya ketika dipakai di sungai, biaya pemeliharaan gadgetku yang semakin banyak, biaya perawatan Holden yang harus saya parkir di luaran (kasihan, dia kehujanan tiap hari), oh iya.. untuk Max, Rotwailer hitam yang selalu menyapa ketika saya pulang. Dia butuh makan dan perawatan tiap bulannya.

Waaahhh... masak saya hanya diberi Sepiluh juta?? God!! Mana cukuuup???

Come on, Mom..anakmu ini hidup dalam perantauan. Kau tahu bahwa perut kecilku ini tak bisa diajak berkompromi setiap harinya. Kau tahu pasti bahwa kulitku semakin menghitam di sini. Dan maka dari itu, dokter kulit harus selalu siap setiap saat. Kau juga tahu bahwa aku tak tahan dengan udara panas. Oleh karena itu, kamarku harus segera dipasangi AC.

Hahahahahahahahahahahahahahahahaha... betapa indahnya jika hidup di atas benar-benar terjadi! Mungkin, sekarang Max ada di sebelahku, memandangiku dan bergeliat manja di perutku. Yah, baiklah. Aku belum bisa mencukupi keinginan di atas, itu mengapa segala hal yang kutulis di atas kuberi nama sebagai “mimpi”. Kecuali bagian takoyaki. Aku sebenarnya tidak tahu makanan apa itu. Kata salah satu temanku, takoyaki mirip mpek mpek. Dan itu berarti sama dengan ikan. Tidak! Harusnya tadi aku menulis french fries MCd.

Ini adalah bagian yang benar dariku : jins belel ala kadarnya, baju awul-awul, beberapa pasang sepatu yang kubeli dengan pemikiran bahwa “kau harus pas dipasangkan dengan pakaian apa pun”, gadget cina dengan merek HT, laptop, tas yang mayoritas berwarna hitam, kipas angin Maspion peninggalan oma, dan sampai saat ini, aku masih berbangga diri dengan cita rasa masakan yang kubuat setiap harinya. Sisanya, tak ada.. aku berani meninggalkan kamar kos tanpa dikunci. Karena aku yakin tak ada yang bisa diambil dari dalamnya.

[intermezo : jangan menulis seperti ini. Gunakan satu kata pengganti. Jangan digabung antara “saya” dan “aku” pada satu bagian yang menceritakan pola hidupmu].. hehehe.. but, I did it..dari pada harus mengganti lagi.

Baiklah, kembali lagi pada topik awal.

Mengapa saya bisa hidup dengan jumlah sekian itu?

Itu pertanyaan mudah yang bisa kuceritakan di sini :
1. Bagian termahal dalam hidupku adalah rokok, bukan makanan. Sudah kusampaikan di atas bahwa aku adalah seorang gadis yang dibiasakan memasak sejak kelas tiga sekolah dasar. Maka wajar, bila tanganku cukup terlatih untuk membuat kreasi makanan. Dan, aku membuka bisnis catering. Belum bisa dikatakan seperti itu sebenarnya. Tapi, ada satu temanku yang memesan makanan padaku tiap harinya. Dan dia memberikan uang belanja tiap bulan. Jadi, bisa ditebak. Aku tidak akan repot membuang uang untuk makan di luaran. Karena hampir semua masakan di luar tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan – kecuali untuk beberapa tempat langgananku- dan kedua, aku bisa menghemat, bukan? Karena aku selalu mengambil jatah tenagaku dari makanan dia (ambil nasi secukupnya, comot-comot dikit dari wajan, yang penting bisa untuk makan seharian). Dan perlu diingat, aku adalah wanita dengan keinginan makan yang tidak bisa dibendung. Jadi terlalu berbahaya jika aku harus membeli segala keinginan perutku.

2. Untuk rokok, kubuat perhitungan seperti ini. Sampai tanggal 12, aku membeli satu bungkus rokok, setelah itu, rokok harus dikurangi dengan mendatangi burjo dekat kosan yang menjual L.A merah ngecer. Setiap keluar, jangan membawa semua rokok, karena pasti ada tangan-tangan jail yang meminta rokok. Cukup bawa beberapa saja. Itu juga salah satu bagian menghemat. Kecualikan jika kau adalah pekerja lapangan, yang malas kembali ke kos, maka bawalah semua rokokmu.

3. Untuk foto kopi dan berbagai keperluan kuliah, aku tidak pernah membuat budget khusus. Karena tidak terlalu penting bagiku. Aku lebih suka Conan dari pada buku kuliah tebal yang harus kubeli. Masih ada perpustakaan dan teman-teman baik yang mau meminjamkan bukunya.

4. Untuk persembahan di gereja tiap minggunya, itu tidak bisa ditawar. Karena aku harus menyisihkan 10% untuk Dia. Dan untuk yang satu ini, kubuat budget lebih.

5. Untuk urusan lapar mata, itu bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Kadang, aku hanya berpikir mama di rumah. Itu alasan terkuat bagiku untuk meletakkan kembali barang yang kuinginkan. Dan kupikir, semua barang yang kumiliki tidak terlalu buruk kualitasnya. Dan telalu baik bahkan. Tas Eiger yang dibelikan Mama, belum rusak sejak 5 tahun lalu. Dan itu alasan mengapa aku tidak bisa meminta lagi. Mama yang pintar.

6. Jika ada keperluan sangat mendadak, misalnya rumah sakit dan obat-obatan, itu urusan PaMa. Aku selalu berharap kalau uang berobat ada sisanya. Hahahaha, bisa buat jajan nantinya.
7. Nah, untuk keperluan sungai. Itu bisa diakali. Kalau belum punya uang, satu-satunya cara pinjam dulu. Dua-duanya, minta ke Mama dengan alasan “bayar listrik, bayar utang ke temen, atau beli buku”.

8. Sisanya, untuk transportasi ke kampus. Aku punya sepeda. Tapi, matahari Yogya tidak terlalu baik untuk kulitku yang sudah hitam. Maka, jika aku harus ke kampus lebih dari pukul 09.00, aku harus naik bis. Pulangnya bisa nebeng atau jalan kaki.

9. Sisanya lagi yang tinggal sedikit, atau biasanya disebut receh, kumasukkan ke perut Frengki, ayam kuning di atas buku-buku berdebuku.
10. Dan.. semuanya bisa terjadi. Aku masih bisa bersenang-senang dengan tiga ratus ribu yang kumiliki..Jangan kalah licik dengan hidup. Kita punya otak untuk diajak bekerja sama, bukan?

1 komentar: