Jika kali ini aku bersua dengan dentingan piano dan setitik air anggur,maka percayalah, bahwa hal itu adalah saat terjujur ketika bibirku hanya bisa terdiam. Sayangnya, aku tak bisa melakukannya dengan baik. Tak bisa hidungku mencium aroma rempah pedas yang disampaikan pada ujung gelas tinggi berparas sembilu. Belum bisa, jariku bergerak merapat dengan lentingan manis yang semakin merujuk pada tepuk dan teriakan gembira. Namun, aku tetap berusaha menjadi tuan atas diriku. Tanpa memperhitungkan dengan atau tanpanya.
Begitu bulat kemarahanku saat itu. Dengan segala keberanian, aku hanya ingin mengungkap sebuah kebenaran, bahwa kau kalah pada pilihanmu. Namun apa yang bisa kusampaikan, aku hanya bisa melihat mata sayu yang kau hampirkan pada kalut kesombongan yang terpaku pada bola mataku. Hembusan nafas pilu kuhaturkan pada kekesalan yang membumbung bersama dengan ketakutanmu.
Kupikir saat indah itu akhirnya datang. Aku bahagia melihatnya meringkuk pasrah pada dekapan kuasaNya. Aku bahagia, karena dengan begitu ia hanya memiliki satu Kawan. Aku bahagia, karena segala yang kupertanyakan selama ini berbuah menjadi jawaban pasti yang ingin kudengar dariNya. Semua diberikan pada hari itu.
Diam, Ariel.. diamlah. Kau hanya bisa tertunduk menyerah saat ini. Janganlah berpikir bahwa kau telah berhasil melarikan diri dari kesalahan yang telah kau lakukan. Apa yang kau harapkan saat ini? Kawan? Kawan yang kau anggap ada selama ini? Mereka tidak ada! Mereka menghilang tepat saat air matamu mengucur pada titik pertama. Mereka berlari menjauh tepat pada saat kau ingin tersenyum melepas segala gundahmu. Ibu? Dia terlalu letih untuk kau berikan cerita pengantar mimpi buruk. Jangan sentuh hatinya dengan tangisan lagi. Detak jantungnya tak sekuat ketika ia berenang dengan pakaian renang polkadot kesayangannya. Lututnya pasti akan kembali terhentak dengan segala tutur yang kau sampaikan.
Tak apa, karena dengan begitu, aku bisa melihatnya meringkuk pada lututNya. Hanya itu yang aku inginkan. Biarlah segala kekalutanku hilang dengan sendirinya. Tenanglah..
Sabtu, 08 Januari 2011
Jumat, 03 Desember 2010
Tiga Jam Menjelang Evaluasi Pengurus Setrajana
Just begin with some people that do something bad (i Think). Mengapa "I" selalu dan harus memakai huruf besar?
Ada yang bisa memberi saya jawaban? sembilan tahun belajar Bahasa Inggris belum sempat tanya pada guru yang bersangkutan. Dan sekarang saya mau mengajukan pertanyaan ini pada siapa kalau semua sedang sibuk menaikkan kaki di dinding?
Parahnya, sekarang saya terjebak pada ruangan kecil penuh asap rokok, penuh dengan orang-orang yang sedang tertawa terbahak, penuh dengan dentuman musik aneh, penuh dengan laptop yang menyala, dan penuh dengan sampah yang berserakan di mana-mana. Saya belum sempat tidur. Dan saya tidak suka dengan keadaan demikian itu.
Pukul enam pagi kami harus segera memulai semua evaluasi bodoh yang hanya berakhir dengan kata "maaf". Apa gunanya evaluasi jika pada akhirnya tidak ada perubahan. Still no moves and no changes..
Samakah keadaan esok? Diisi dengan mata-mata sayup yang memandang kosong pada sebuah keadaan?
Kita lihat tiga jam lagi..
Ada yang bisa memberi saya jawaban? sembilan tahun belajar Bahasa Inggris belum sempat tanya pada guru yang bersangkutan. Dan sekarang saya mau mengajukan pertanyaan ini pada siapa kalau semua sedang sibuk menaikkan kaki di dinding?
Parahnya, sekarang saya terjebak pada ruangan kecil penuh asap rokok, penuh dengan orang-orang yang sedang tertawa terbahak, penuh dengan dentuman musik aneh, penuh dengan laptop yang menyala, dan penuh dengan sampah yang berserakan di mana-mana. Saya belum sempat tidur. Dan saya tidak suka dengan keadaan demikian itu.
Pukul enam pagi kami harus segera memulai semua evaluasi bodoh yang hanya berakhir dengan kata "maaf". Apa gunanya evaluasi jika pada akhirnya tidak ada perubahan. Still no moves and no changes..
Samakah keadaan esok? Diisi dengan mata-mata sayup yang memandang kosong pada sebuah keadaan?
Kita lihat tiga jam lagi..
Rabu, 01 Desember 2010
[ Dashing Gals ] Atau Lebih Cocok Kalau Judulnya JUST FOR US
Soalnya, ini cerita Cuma bisa dipahami hanya oleh kita. Kalo yang DASHING GALS itu aku… hahahaha.. ga kok.. Cuma berusaha menyelamatkan otak yang udah mulai bosen ngerjain tugas. Kirain Merapi sama Kali Code bakal menghambat kinerja dosen FISIPOL buat ngasi tugas. Ternyata big no no!!!! dengan tega mereka ngasi tugas seenak udelnya.
Pertama yang mau ta tulis adalah…. LUSII, makasi ya kamu udah pergi dua hari penuh, jadi aku bisa pinjem modem kamu sepuas2nya.. kayaknya udah mulai abis bite nya gara gara aku pake donlod lagu macem macem..agagagaga.. eh, tapi ngaruh ga sih sebenernya?
Aku haus niiihh.. pacar ga bisa dateng lagi.. masak di mana mana diriku harus curhat kalo “dia dateng bisa diitung pake andeng andeng yang ada di mukaku?” [buat yang belum tau, Cuma ada SATU andeng andeng di mukaku ]. Jadi, kalimat di atas bisa diaca dengan : DIA JARANG DATENG… gimana si? Masak hadiah ulang taun juga dirusakin??? Kan belinya jauh!! Tu liat, sekarang ada di sebelah kipas anginku.
Oke,, sebenernya aku mau cerita tentang teman temanku. Satu timku lebih tepatnya. Tim arung jeram lebih pasnya lagi. Udah lama aku pengen ngasi sesuatu ke mereka. Ini adalah cara yang paling murah karena aku bukan cewe kebanyakan duit, ples aku kan ga punya fesbuk (yang menghambat aku ngasi komen-komen pendek di wall kalian),, jadi kalian kukasih bacaan yang menggoda untuk dipelajari lebih lanjut. Silakan…
Aku ga tau deh harus mulai dengan cara apa. Tapi kesimpulannya aku tulis di atas.. I’m Lucky To Have YOU..
Sebentar. Aku bingung harus mulai dari siapa. Ternyata kalo diinget-inget kalian itu banyak ya. Aku pikir Cuma enam orang, ga taunya kan masi ada adikku, masi ada Nuri, masih ada Cancut, sama masih ada Greya. Well, untuk nama yang aku tulis barusan, aku ga seberapa kenal kalian. Sebenernya aku ga kenal semuanya secara lebih detail si, tapi setidaknya, untuk yang di atas aku kan baruuuuu aja kenal. Jadi, nama kalian berhenti sampai di sini aja.
Awal kami ketemu sebenernya beda-beda. Kalo sama Lukvi, udah lama banget. Kita sama-sama latian dan kenal air tahun 2006. Eh, iya ga sih, Luke? Aku lupa.. setelah itu, kita semakin sering ketemu, dan lama-lama bosen juga ketemu terus. Di mana-mana ketemu, di air ketemu, di perahu ketemu, di kampus adep-adepan, di motor boncengan, di bis juga sebelahan, di kamar mandi kamu juga selalu nyari-nyari aku. Ya oloh, kamu terlalu sering ada di sebelahku, Luke. Bahkan kamu tega ngerebut ABANG GANTENG!!!! Belom lagi kalo curhat-curhatan. Ini lagi, malah panjang ceritanya kalo diterusin.
Ternyata sodara-sodara…. Dia udah berumur, jangan ketipu tampang. Anaknya si kecil dan putih. Ya ga kecil-kecil amat si, tapi ternyata paling tua. Bahkan lebih tua dari UUL yang bertampang tua.. pisss ULL…
* untuk urusan kecil masih ada Lelly kok nanti*
Baiklah, kembali pada Luke. Secara fisik, aku kalah putih sama dia. Sebelas dua belas lah tapi. Ga beda-beda jauh. Rambutnya panjang dan hitam, meskipun pada akhirnya dia ngaku kalo dia males banget keramas. Sumpah, jorok abis!
*ABANG GANTENG, aku ga jorok loh..*
Tapi dia kalah tinggi sama aku. Haha!! Apa lagi ya? Mungkin, dia tumbal yang pas kalo ita lagi ada butuh sama laki-laki yang gampang dibujuk.
*Gile lu,ndro.. Abang Ganteng tega-teganya nanyain dia di depanku coba!!*
Aku inget waktu dia sakit pas di CIBERANG CHAL. Kemaren. Tenaga dia sakit = tenaga kami yang sehat-sehat aja. Padahal ya, kalo aku liat-liat, otot lengan bagian atasku suka nonjol-nonjol waktu sikat gigi. Kaya Ade Rai gitu. Itu baru sikatan lo, belum di atas perahu. Tapi gitu aja masih sepadan dengan Luke yang pucet pasi. Ya, konklusinya bisa diperkirakan sendiri lah ya..
Pacarnya namanya Yasin, anak MAJESTIC 55, anak hukum kalo ga pada femilier dengan M55.
*LIHAT ABANG GANTENG!! DIA PUNYA PACAR!! INGAT ITU!!*
dan kalau di perahu, dia duduknya di belakangku, di sebelah kiri.
Mundur selangkah lagi kita ketemu yang namanya LELLY. Duduknya paling belakang. Anaknya keciiillll banget. Masak kalah sama dayung tingginya? Dia suka ribet sendiri. Nyari pelampung paling kecil, helm paling kecil, sepatu nyolok dan mahal, celana converse baru yang kedodoran, pake sarung tangan, pake sanblok juga (aku juga si..). dan parahnya lagi, dia ngasi BBBIGGG SURPRISE, pake hurup z kalo bisa ZURPRIZEnya..soalnya super besar kejutannya.. bayangkan!! Bisa Anda bayangkan??? Dia masih main-main sama kami di lomba, masi tepe2 sama anak SMP bernama DULOH (masih jaman ga si bo’ nama DULOH?), masih sempet-sempetnya grogi panggung gara-gara diliatin sama DULOH, padahal ya seminggu kemudian dia NIKAHHHHH!!!!! Dan kita semua ga tau!!!
LEL,, I’M SO PROUD OF YOU..
Pertama kali aku dapet sms tentang nikahan kamu, aku shock abis. Gila ya!! Kamu masih lari-lari, masih becandaan, sempet-sempetnya jadi mis ring-ring di lomba juga, sempet teriak-teriak di atas perahu sama kita-kita. Ga taunya besoknya udah nikah sama Mas Am kamu..
Udah dewasa emang dia. Jadi ga usah sok kaget kaya aku tadi. Dia anak UNY, tapi belum lulus. Gitu berani-beraninya nikah. Eh, tapi yang di UAD udah lulus ding ya..
Dia yang suka ngasi petuah-petuah sama kita. Bukan petuah si, tapi mungkin kalo dengan bahasa gaul, dia emang terlihat lebih dewasa dengan cara bicaranya. Mungkin itu cara dia nutupin badan kecilnya..loo?? ga nyambung.
Pertama kenal dia di mana ya? Lupa aku.. kayaknya waktu jaman-jaman aku masih latgab gitu. Dia udah setaun lebih awal kenal arung jeram, jadi ya wajar kalau jam basahnya lebih bisa dijadikan hak paten.
Mungkin karena itu, dia lebih dekat dengan sebangsa tahun 2005 nya, UUL..
Waktu lomba kedua, dia partnernya. Sama-sama tua si, makannya ditaruh di belakang. Kalo kata Ki Hajar Dewantara TUT WURI HANDAYANI, yang tua yang ngayomi. Polisi kalii ngayomi..
Uul ga bisa ikut lomba yang di Citarum. Kalo bisa ikut, dia harusnya di depan sama aku. eh, waktu dia ikut lomba kedua ini, dia ditaruh di belakang sama Lelly. Ya itu tadi alesannya, gara-gara umurnya ga beda jauh.
Dia satu-satunya yang berjilbab di antara kami. Kalo kata Justin, dia lebih cantik waktu ga pake jilbab. Soalnya, rambutnya turun-turun agak jatuh gitu. Coba kalo disibak.. lhhaaa… jenong ternyata… agagagagaga..masak ya, ternyata matanya itu minus. Makannya dia suka nanya-nanya jalur waktu di belakang. Kirain memastikan jalur yang bener, ternyata emang ga keliatan. Dasar!!
Kita baru tau waktu dia nanya jalur yang jelas-jelas ke kiri. Udah jelas banget itu. Batu segede pohon kelapa gitu ga keliatan ama dia. Lebay ding kalo ini. Ya ga gede-gede amat, tapi paling ga, Lelly yang ketutupan empat orang aja tau kalo jalurnya ke kiri. Eh, dia malah pede nanya-nanya jalurnya ke mana.
*ingat, LELLY itu sangat mungil*
Aku juga lupa kenalnya kapan dan di mana, tapi aku suka inget kalo ketemu dia dulu, dia suka cipika cipiki gitu. Dulu aku mikir “siapa si ni orang? Sukanya nyium-nyium”. Maklum, mapala kan banyak banget, jadi wajar kalo lupa nama. Dia pengangguran yang baru lulus dari teknik nuklir UGM. Dan waktu lulus, dia nraktir kita-kita di AYAM GORENG NINIT. Tempat sederhana dengan rasa ayam yang menggoda. Cobain deh..tempatnya di Terban. Dan dia punya pacar yang jauh lebih muda. Namanya Dik Fajar.
*Sekali lagi, hanya kita yang tahu kenyataan sebenarnya kok,Ul*
Belum beranjak dari kanan belakang. Ya Tuhan, lupa ding. Salah-salah. Kalo di Citarum, Lelly yang di kiri. Kalo yang Ciberang, Lelly yang di kanan, dan Uul di kiri. Hehe..
Namanya Ephie. Dia… dia.. diaa.. aku benci disama-samain sama dia!! Mulai dari muka sama, senyum sama, rambut sama (potong pendek juga barengan, tanpa janjian padahal), slayer sama tapi beda warna aja (heran aku), mantan pacar sama (bayangin donkk! Sampe segitunya), suara juga sama, horoskop sama, tanggal lahir ga beda jauh, kampus juga sebelahan. Mungkin kita dulu kembar dempet yang berhasil dipisahkan. Apa lagi yang belum? Bedanya paling dia sekarang jadi lebih putih dari aku. semua-muanya kok lebih putih si dari aku?
Aku ga mau bahas dia lebih jauh. soalnya kan mirip-mirip sama aku. jadi ngapain cerita diri sendiri. Kenalnya waktu latgab kalo dia. Dulu dia yang ngurusin makanan kita.
Maju ke depan lagi, kanan tengah selalu ganti-ganti. Mulai dari Greya, Nuri, sampai Bispak. Kasian Lukpi, dia ga punya pasangan tetap di atas perahu. Seperti yang ditulis di atas, aku ga seberapa kenal sama anak-anak di bawah umur ini. Jadi ceritanya juga ga bisa jauh-jauh.
Sekarang paling depan, dan dia selalu di sebelahku kalo di perahu. PARTNER..
Aku pernah bilang sama anak-anak (ini waktu kamu ada di Bekasi, satu malam sebelum Lelly menikah), mungkin secara psikologis, dia bilang aku Partner, atau sebaliknya, karena kita tahu apa yang kita mau di atas perahu. Bisa saling melengkapi dengan baik, dan rata-rata, hampir 80% pikiran kita tentang air ga jauh beda. Dia, si autis.
Namanya JUSTIN.
Dan kami tahu, bahwa kadang dia ga sejalan sama Lelly. Apa mau dikata. Dua-duanya kadang ga mau ngalah. Dasar!! Untungnya udah sama-sama gede, jadi pada ngerti kalo itu ga baik.
Kenalnya di mana ya? Di acara AUSTRALASIA ya? Waktu itu kami baru pertama kali turun di dalam satu perahu buat rescue. Dan anggapan pertama kami, dia AUTIS.. agagagagag.. emang kok.
Dia banyak berguna untuk menganalisa berbagai kemungkinan yang kami hadapi ketika kami melakukan berbagai dayungan. Analisanya harus diakui bagus. Dan lagi-lagi, kami berbisik-bisik di belakang dia. Dayung tariknya hampir seratus persen bagus. Dengan kemantapan bokong besar yang ditancepin di atas perahu, dia nancep dayung, dan sreeeettt, perahu bergeser cukup jauh. Padahal kalo aku, mendingan nge blok nge blok de, kan lebih cepet belok..hahahaha..biar ga keliatan bego narik-narik ga jelas.
Belum cukup banyak hari yang kami lalui. Belum cukup sungai yang kami jajal dengan kemampuan kami. Kami tahu, kami bisa, dan kami mampu. Meskipun kadang, kami dibilang kalo BEGO. Ah, enggak juga lah ya. Kita bukan bego, tapi kurang cepet nangkep apa yang diajarin aja.
Bisa cepet kalo ada MAGNUM (trend terbaru masa kini).
Buat kalian yang kusayang, buat tawa dan riuh rendah teriakan kita, buat semua lelaki yang mengagumi kami, buat semua mata yang memandang kagum ketika kami mendayung, buat semua yang berkata bahwa kami memang hebat, buat orang tua yang tetap mengizinkan kami berarung jeram meskipun usia kami tak lagi ada di bangku belasan, buat laki-laki yang selalu memberikan tumpangan ketika kami ingin bermanja di dalam taft merah (merah??), buat perahu-perahu yang menanti kami pompa dan kami duduki, dan buat sungai-sungai besar yang akan kami datangi… HERE WE ARE…
Selasa, 30 November 2010
..I Like It..If Smile Doesn't Come Yet..
Bersua dengan Rindu..
Mulutku bergantian ternganga dan terkatub manis, selembut sutra penutup kemaluan..
Berkata dan tertawa, bermanis diri menepis kegalauan Rindu..
Di mana tanah basah terhampar merintangi
Di mana hujan dan kemarau bercengkerama meronta turun terlebih dahulu
Di mana hati tak lagi bisa bersua dengan cinta
Di situ pangkuanku tertunduk menyerah dan pasrah..
Tanpa kata dan tawa...
Aku Bisa..
Mataku menatap ke depan,
searah dengan halauan kaki yang terpancang kehidupan..
Hidungku tertarik nafas bau,
selambar garis berjangkau dengan arah mata..
Mulutku tertutup rapat,
beruji kesetiaan, tak pernah berbagi kepedihan pada kaki yang terinjak..
Telingaku menggangguk mengerti,
saling beradu pandang mengatubkan cuping, seakan tak terjadi suatu apa pun..
Dengan begitu, hati pun turut bersungging berkata “kau bisa...”
Berakhir dengan An..
Pakaianku terlucuti oleh perih kehidupan..
Aku menangis mengerang memohon ampunan..
Tak pernah disampaikan padaku bahwa si hidup tak memeluk iman..
Dia kejam dan tak ingin tunduk pada kegalauan..
Menerjang bertandaskan impian..
Hanya ini yang disampaikan..
Hidup itu memedihkan, namun tak tergantikan..
Bumi itu Indah.. Dahulu..
Hijau itu meluntur, beradu bertarung, lebur menjadi satu warna tangis..
Putih itu menghitam, mencari paduan persik pewarna jingga dan petang..
Cokelat itu merekah dan terkoyak, menjerit di telusur kehidupan..
Biru itu meninggi, melahap hijau dan cokelat, tanpa arahan si putih..
Berpadu dan mencari yang berteriak ”aku menyerah..”
Karya ini kusampaikan bukan karena aku ingin mempertunjukkannya padamu. Mereka ada karena hatiku yang meminta, seperti adanya hidup yang terus berjalan dan tertatih mencari selusur senyum dan kedamaian. Laiknya burung yang mengayun sayap mencari padanan sinar mentari untuk mencari jalan pulangnya, seperti itulah aku dan hidupku. Tegak bersandar pada yang empunya hidup, memohon berpulang dengan keadaan tak tercemar. Impian dan cita yang tak kunjung terobati membuat aku harus tertatih memeluk asa. Musik yang terus mengalun membuat aku bisa tetap berdiri dan mengucap syukur. Kadang aku menangis dan terhempas, namun semua tetap mengingini senyumku merekah dan berkembang menantang ombak yang ditawarkan. Dengan begitu, aku masih bisa berjalan meski sambil merangkak, demi senyumku pada kalian. Terima kasih..
Curriculum Vittae a.ka. Data Diri
Hai.. perkenalkan! Aku tak memiliki nama, masih belum. Namun sesaat waktu lagi kalian yang telah menyempatkan membaca akan memberikan sebuah kata untuk kusematkan dalam plat nama di atas dadaku. Aku yakin itu.
Akan kuberi tahu kau tentang sesuatu. Tak ada orang yang menyukaiku. Apakah hanya orang? Tidak, jika para hewan dan tanaman yang disambar-sambar petir itu mampu berbicara, mereka pasti dengan riangnya akan mengusirku dari pada tubuh mereka, karena aku tahu pasti mereka sama sekali tak suka dikuntit dan dihantui olehku. Sama seperti kalian, bukan?
Ada yang mencoba mengusirku dengan decakan lagu, ada yang mempersilakan aku keluar dengan tangis dan rintihan menggebu yang menjijikkan, ada juga yang mencoba berdamaii denganku (dia berpikir akan memperoleh sesuatu yang baik ketika berdamai dan tersenyum padaku), dan jika kuingat, ada juga yang mengusirku dengan suara parau. Enak saja kupikir, apa maksud mereka mengusirku dengan cara demikian itu? Mereka beringsut dan melapor tentang apa yang kulakukan pada Seseorang yang tak kukenal. Aku tak suka dengan Seseorang itu, karena aku tak mengenalnya tentu saja. Cobalah kau berpikir, maukah kau dilaporkan tentang segala tentangmu pada orang yang tak kau kenal dan tak kau sukai? Aku sama sekalii tak mau.
Rumahku tak jauh dari kalian, bahkan sangat dekat. Sama sekali tak besar, dan hanya cukup untuk merenggangkan kaki. Namun dari situ, aku bisa melihat kalian dengan baik, tidak dengan cara mengintip tentu saja. Karena jika aku mencari tahu, kalian tidak menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan mata itu, bukan? Aku juga tak menyukainya, karena mataku akan menjadi panas dan mengecil jika aku melakukannya. Kadang aku tersenyum melihat kalian duduk terpekur tak berdaya, kadang pula aku tertawa melihat kalian merangkak mencari bantuan pada siapa pun yang bisa kalian mintai tolong, dan tak jarang aku terbahak-bahak ketika langkah kalian terhenti dan hanya tangis yang kalian pertontonkan padaku. Itulah acara paling spesial yang pernah kulihat. Ketika kalian menangis.
Kalian tak akan bisa menghubungiku. Aku tak memiliki nomor telepon seperti kalian itu. Untung saja aku tak punya. Jika saja aku punya, tentu saja kalian akan mempermainkan aku. Kalian akan terus menerus meneror keberadaanku, mencariku sepanjang malam, menguntitku dengan mata sembab, mengejarku dengan kaki pengkor kalian, menarikku dengan tangan busuk kalian. Oh, tidak sayang! Aku tak memperkenankan hal itu terjadi pada diriku. Cukuplah bagiku untuk berhubungan dengan kalian dari jarak sekian ini, tak lebih.
Oh, aku belum menceritakan tentang hari lahirku kan? Aku lahir sesuai dengan keinginan kalian,, dan tubuhku bisa membesar serta mengecil sesuai apa yang kalian lakukan. Kalian bisa melahirkanku sedetik dari kalian lahir, kalian juga bisa melahirkanku setahun setelah kalian mulaii merangkak memasuki kehidupan, kalian bisa juga melahirkanku ketika kalian duduk merenungi hidup yang kalian pilih, namun jika kuingat, angka kelahiran tertinggi dari spesiesku adalah ketika kalian berbuat kesalahan. Itu adalah hari kemerdekaan bagi kami. Gizi yang kami terima akan berjumlah sepuluh kali lipat dari hari biasa, dan tubuh kami akan melesat berpendar memenuhhi tempat tinggal kami, hingga kami hanya bisa berlutut ketika memandang tingkah laku kalian.. Tentu saja itu bukan hal yang baik sepenuhnya bagi kami. Apakah kami rela hanya berlutut dalam rumah kami yang sempit? Kami harus mencari perluasan tempat berteduh kami, bukan? Dan itu menjadi kemalangan yang berikut bagi kalian. Dan sekali lagi, kami akan tertawa puas.
Dari sini saja, apakah kalian bisa menebak siapa nama kami? Kalian kan yang melahirkan kami, tentu aku yakin kalian mengenal kami dengan baik, demikian juga dengan nama yang akan kalian sematkan pada hidup kami. Sebenarnya nama itu tak begitu penting bagi kami. Jujur ingin kukatakan pada kalian, kadang aku juga bosan melihat kalian hanya bisa menangis jika melihat kami lahir. Tak ada sedikit pun raut wajah kebahagiaan yang kalian tunjukkan pada kami. Janganlah seperti itu, kami juga ingin disayang dan diberi seulas senyum ketika kami hadir dalam kehidupan kalian. Tahukah kalian, pertama kali kalian mengernyitkan dahi, saat itu pulalah kemarahan kami akan terus merajai kalian. Dengan kata lain, kalian tak akan merasa damaii dengan kehadiran kami. Cobalah merubah persepsi kalian. Cobalah tersenyum padaku, sebentar saja. Usahakan kalian bisa berkata ”aku menerimamu..”, meskipun aku tahu, kalian menambah onggokan dusta kalian ketika dua kata tersebut terucap. Tapi setidaknya, aku akan mengecil jika kata itu terucap.
Terakhir, aku tak akan bisa mati, hanya mengecil. Dan aku telah memberi tahu kalian bagaimana cara agar aku mengecil. Hanya dengan dua patah kata itu saja, dan selesailah semuanya. Ingat! Aku tak memiliki nama, masih belum. Namun sesaat waktu lagi, kalian yang telah menyempatkan membaca akan berpikir dan memberikan sebuah kata untuk kusematkan dalam plat nama di atas dadaku. Aku yakin itu.
Wawancara Kerja > > > (kesalahan pada pengetikan) Maybe??
Jika boleh aku bertanya pada Anda, apa sebenarnya esensi dari pada sebuah kata cinta? Sesulit itukah untuk diperadabkan menjadi sebuah kerajinan yang bisa kau berikan bagi orang yang kau sayangi?
Sebenarnya tidak, namun ada sebagian orang yang membuat kata cinta menjadi lebih tidak bermakna. Hanya mengaitkan cinta dengan segala yang mereka anggap sebagai suatu pasangan. Tak lebih dari pada itu. Bergandengan tangan, berciuman, bersetubuh, dan selesai cinta itu.
Maksud Anda?
Yah, kau tahu dengan pasti apa yang kukatakan. Tanpa banyak membaca buku atau menonton acara televisi, kau akan memiliki persepsi tersendiri bahwa cinta hanya segaris tipis dengan nafsu. Benar,bukan?
Kalau begitu, Anda yang berpikiran sempit? Lalu, bagaimana dengan ibu-anak? Bagaimana dengan kakak-adik? Bagaimana dengan bibi-keponakan? Adakah nafsu bejat di antara peranakan mereka? Tentu tidak bukan?
Kau tadi bertanya tentang esensi cinta dari padaku, bukan? Mengapa kau malah memutar apa yang telah kukatakan? Tak baik berwawacancara seperti itu!
Baik, maaf.. lupakan sajalah masalah cinta itu. Saya dengar Anda sering kali salah mengabdi pada sosok cinta itu?
Maksudnya?
Anda sering salah mencintai orang?
Tak pernah ada yang salah dengan mencintai. Yang salah adalah karakter yang tak pernah ingin mencoba untuk bersatu dan memahami. Jika kepenatan dan kelelahan itu merajai, maka selesailah sudah percintaan itu.
Ada indikasi perselingkuhan?
Tentu saja ada. Setiap orang tentu saja menginginkan yang terbaik dalam hidupnya. Dan hal itu baru kusadari sebagai suatu kesalahan. Sampai kapan pun, yang terbaik tak akan pernah ada, yang ada hanyalah orang yang mampu memahami dan mengimbangi. Bukan yang dianggap terbaik.
Anda pernah menyesal dengan kesalahan Anda?
Pertanyaan aneh. Penyesalan itu ada karena seseorang melakukan kesalahan. Demikian pula saya. Tidak ada yang aneh dengan yang saya lakukan. Hanya perlu pengertian yang lebih dalam menghadapi perangai saya. Namun para lelaki kuanggap sama saja. Hanya mementingkan sesuatu yang disebutnya pemuas raga. Itulah yang menjadi penyesalan.
Ketika Ada orang yang mencintai Anda, apa yang akan Anda lakukan?
Mengucapkan terima kasih. Yang perlu ditanyakan dari awal hanyalah ”mengapa kau berani mencintaiku?”. Bukan tanpa alasan sebuah cinta itu muncul. Jangan pernah menganngap bahwa cinta itu tak perlu memakai alasan. Justru karena alasan itulah, dia baru memutuskan untuk mencintai seseorang.
Jika mereka diam dan tak ingin memberi jawaban pada Anda bagaimana?
Untuk apa saya membuang waktu saya pada orang-orang yang tak memiliki alasan dalam hidupnya? Tak memiliki alasan sama saja dengan tak memiliki tujuan. Mau dibawa ke mana badan saya jika mereka tak memiliki tujuan? Hanya ke atas ranjang dan puncak kenikmatan?
Jika Anda tak bisa menemukan orang seperti yang Anda harapkan bagaimana?
Perempuan memiliki kesempatan untuk memilih. Tidak banyak yang bisa kami lakukan ketika kesalahan sudah merajai hidup kami. Saya bisa berkata lebih baik sendiri dari pada harus melalui sebuah kesalahan. Atau terjerumus dalam kesalahan yang sama.
Apakah Anda siap dengan kesendirian itu?
Sebelum mengambil suatu keputusan, setiap orang tentu mengharapkan jalan keluar yang terbaik. Tentu saja keputusan yang telah diambil adalah jalan terbaik menurut orang itu. Jadi sebelum saya mengambil keputusan untuk sendiri, saya sudah harus siap dengan segala konsekuensinya.
Pernah Dibaca Sebagai tuhan Sembilan Senti
Jika tuhan sepanjang 9 sentimeter itu memang diciptakan untuk menghalau kekehawatiran barang sejenak, bolehlah aku memakainya sebagai penenang diri. Sesaat saja, dan biarkan kegalauan itu beranjak meninggi bersama dengan keluaran asapnya. Tidak seharusnya dikatakan menjijikkan jika aku memujanya. Tidak ada yang salah kurasa. Mencium aromanya sebentar saja, menghirupnya dengan penuh kemaknaan, dan mengeluarkannya bersamaan dengan racun yang lama telah mengendap dalam urat nadiku.
Mimpi dan harapanku seakan sirna dimakan ganasnya waktu. Dia terus menggerogoti batang lunakku, dimasaknya bersamaan dengan air mata dan peluh yang terus mengucur. Apa yang seharusnya kulakukan dalam usia sekian ini? Hanya diam dan berpangku tangan melihat semua keadaan yang dikondisikan dengan segala tipu daya? Hanya membisu ketika tak seharusnya aku diam? Hanya duduk manis dan tersenyum ketika mataku menahan jutaan tetes embun yang terbendung? Hanya mengangguk pasrah dan menanti dengan sebuah tanda tanya ketika aku berharap ada yang memberikanku jawaban pasti?
Tolong, tak ada yang salah dengan tuhanku itu. Harumnya tak seberapa enak memang jika dibandingkan daging asap yang mengepul panas di atas piringan batu. Kandungan racunnya baru akan muncul setelah beberapa puluh tahun aku mengaguminya. Dan sejauh ini, lima tahun sudah aku mengenalnya. Tanpa sedikit pun kata yang pernah muncul dari bibirnya, dia menemani kesendirianku – namun tidak untuk saat ini- tanpa sedikit pun cercaan yang muncul dari penghisapan mulutnya, dia melangkahkan pikirannya bersama ketakutan yang meliputiku. Sama dengan Tuhan yang entah berada di mana. Keduanya sama pentingnya, sama berharganya, sama pentingnya, dan sama berharganya.
Dia mencoba menemaniku ketika aku lelah untuk mencoba yang terbaik. Dia hanya terpana, duduk diam dan berkata ”kau lucu dengan tampang seperti itu..”. Aku tahu tugasnya hanya untuk menghancurkan hidupku, menggerogoti sedikit demi sedikit organ tubuh yang kumiliki. Aku tahu dengan pasti bahwa dia menemaniku hanya untuk sesaat, sampai ajal menjemputku. Aku tahu batangan tubuh rampingnya hanya kuat menahan kemarahanku hingga hitungan menit saja. Namun dia tetap setia bersamaku. Itu yang aku salutkan dari tuhan ini. Tak banyak bicara dan mengerti semua yang ada dalam pikiran dan amarahku.
Sekencang teriakannya padaku ”kau akan mati jika berkawan denganku..”. Tak apa kujawab saat itu. Berkawan denganmu memberiku keuntungan yang cukup untuk menghiburku, meski kerugian yang kuterima akan jauh lebih besar. Maaf jika aku terlalu sering membuat tubuhmu basah dan merasa terhina dengan ludahku. Maaf jika aku terlalu bersemangat menghabiskan tubuhmu demi ketenangan otakku. Namun begitu pula sebaliknya, kau akan merenggut sedikit dan jauh lebih banyak dari badanku.
Terbungkuslah dengan rapi di dalam sakuku. Jangan bergerak, dan jangan menghindar. Sesaat saja temani aku dalam kesendirianku. Dan aku akan membayarmu dengan nyawaku yang tak cukup baik untuk disimpan terlalu lama ini. Dan melalui tulisan ini, biarkan aku berterima kasih padamu. Dengan tubuh pahitmu, dengan bantalan penahan racunmu, dengan dukungan bisikanmu, aku bisa kembali melangkah, tetap tanpa sebuah kepastian.
Langganan:
Postingan (Atom)